Apa itu Blockchain Layer 1 dan Bagaimana Cara Kerja Solusi Tersebut?

Velas Indonesia
6 min readNov 9, 2022

--

Menjadi struktur utama pada blockchain, Layer 1 menentukan skalabilitas sebuah proyek. Di antara contoh yang paling terkenal adalah Bitcoin, Ethereum, Solana, dan BNB Chain.

Di bawah ini kita akan mengetahui bagaimana solusi blockchain Layer 1 dapat mempengaruhi skalabilitas proyek crypto papan atas (dan bagaimana mereka dapat membantumu dalam peningkatan sebuah proyek terdesentralisasi).

Bagaimana Skalabilitas Proyek Blockchain Bekerja?

Jadi apa sebenarnya inti dari skalabilitas di blockchain?

Pertama, hal tersebut mencakup kinerja dan kecepatan pemrosesan transaksi yang lebih tinggi. Mempertimbangkan potensi besar dan tujuan bisnis dari solusi dan aplikasi terdesentralisasi yang ada sekarang, menjadikan fitur ini sebagai hal penting dan harus ada bagi semua pihak yang bermain di pasar.

Karena keterbatasan ukuran blok dan ketidakmampuan untuk membuat beberapa blok dalam satu waktu, menyediakan skalabilitas dianggap sebagai kunci untuk mempercepat seluruh jaringan karena secara otomatis juga akan memungkinkan proyek untuk memproses catatan digital baru lebih cepat. Berkat teknologi ini, kalian dapat meningkatkan jumlah pengguna baru di suatu proyek.

Layer 1 Blockchain: Bagaimana Cara untuk Menjelaskan Konsepnya?

Jadi apa sebenarnya maksud dari pakar teknologi yang menyebut dengan istilah Level 1? Mari kita cari tahu.

Apa itu Blockchain Layer 1?

Layer 1 blockchain mengacu pada jaringan dasar yakni memberikan skalabilitas dalam jaringan. Dengan demikian, penggunaan solusi tingkat ini memungkinkan developer proyek untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi dan meningkatkan jumlah operasi komputasi untuk jangka waktu tertentu.

Kami telah memberikan contoh paling populer dari level ini di awal artikel — yakni Bitcoin dan Ethereum. Mereka sepenuhnya otonom dan dapat memverifikasi serta menyelesaikan transaksi tanpa keterlibatan jaringan lain. Terlepas dari keandalan transaksi yang dilakukan dalam jaringan ini, kedua blockchain tersebut memerlukan konfirmasi miner atau validator.

Jika kita berbicara mengenai solusi yang dibangun menggunakan Bitcoin dan Ethereum, biasanya mereka memerlukan beberapa perubahan dalam protokol internal untuk memberikan kinerja yang sesuai dan tentunya meningkatkan jumlah transaksi per detik (TPS).

Namun, penting juga untuk dipahami bahwa skalabilitas sebenarnya dari Layer 1 bergantung pada beberapa faktor fisik dan ekonomi. Faktor pertama adalah kebutuhan untuk meningkatkan ukuran blok data, waktu pembuatannya, serta mengubah mekanisme konsensus dan beberapa properti lainnya. Pada saat yang sama, solusi Layer 1 di atas tidak dapat terus-menerus mengatasi jumlah pengguna proyek yang terus bertambah.

Pada akhirnya, mengoptimalkan skalabilitas jaringan Layer 1 dianggap cukup sulit dan memerlukan biaya mahal. Inilah sebabnya mengapa developer blockchain sering menggunakan penskalaan Layer 2 berdasarkan protokol keamanan dan konsensus di jaringan Layer 1. Sehingga developer mendapatkan tingkat penskalaan yang diinginkan tanpa membebani seluruh sistem.

Apa yang dimaksud dengan Blockchain Layer 2?

Jadi, apa saja keunggulan Layer 2?

Pada dasarnya, solusi ini mampu menyelesaikan masalah kinerja dengan mengeluarkan beban dari chain utama. Ini merupakan sebuah add-on di atas Layer 1, yang tidak mengubah protokol dan aturan dasar, tetapi pada saat yang sama mentransfer beberapa beban kerja transaksional ke sistem lainnya.

Sebagai contoh, kita dapat mengambil Bitcoin, blockchain Layer 1, dan Lightning Network, protokol pembayaran Layer 2.

Apa perbedaan antara Solusi Blockchain Layer 1 dan Layer 2?

Meskipun blockchain Layer 1 dan Layer 2 memiliki tujuan yang sama untuk meningkatkan skalabilitas proyek di mana mereka digunakan, opsi pertama dapat diterapkan melalui perubahan protokol jaringan yang mendasarinya atau penerapan mekanisme konsensus baru, sedangkan opsi kedua melibatkan integrasi pihak keitga yang mungkin juga menyertakan solusi Layer 1.

Dengan demikian, solusi Layer 2 merujuk pada layanan di luar jaringan utama dan dapat mencakup berbagai hal semisal berbagi order transaksi serta mengurangi beban kerja. Juga, mereka menggunakan protokol pihak ketiga untuk integrasi blockchain Layer 1 dan meningkatkan throughput transaksional. Perlu diperhatikan bahwa developer juga dapat membangun beberapa level jaringan pada chain utama sekaligus. Solusi ini disebut dengan nested blockchain yang dalam penerapannya merupakan jaringan yang saling berhubungan dengan mengurangi beban pemrosesan untuk meningkatkan skalabilitas.

Keunggulan Utama dari Solusi Blockchain Layer Satu

Seperti yang telah kami sebutkan di atas, solusi Layer 1 ditempatkan di tingkat dasar blockchain untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan transaksi. Jadi, saat membandingkan crypto Layer 1 vs Layer 2, kita dapat menyatakan bahwa protokol blockchain Layer satu memproses dan menyelesaikan transaksi dalam solusi yang mereka gunakan, tanpa perlu melibatkan jaringan lain. Hal ini menandakan bahwa untuk menyediakan penskalaan, developer perlu mengubah protokol jaringan yang mendasarinya, termasuk ukuran blok, mekanisme konsensus, dan sharding.

Protokol Konsensus

Jaringan Blockchain karena sifat desentralisasinya memerlukan validasi transaksi untuk setiap node. Pada saat yang sama, algoritma konsensus harus memeriksa keakuratan operasi dan memverifikasi apakah transaksi itu benar dan protokol dapat tersimpan. Adapun algoritma konsensus utama, kami dapat memberikan contoh PoW (Proof-of-Work) dan PoS (Proof-of-Stake).

Yang pertama berbasis Bitcoin. Untuk menyelesaikan transaksi, pengguna jaringan perlu memecahkan persoalan matematika arbitrer untuk menemukan hash dan membuktikan operasi secara terbuka untuk menghindari kecurangan sistem. Orang pertama yang mampu memecahkan persoalan dengan tepat mendapat kesempatan untuk menambahkan blok ke chain dan menerima reward (biasanya dalam bentuk crypto).

Yang kedua, Proof-of-Stake, dibuat sebagai alternatif algoritma PoW untuk mengatasi berbagai kendala seperti konsumsi daya yang tinggi. Secara khusus, PoW dapat mengurangi jumlah beban komputasi yang diperlukan untuk memvalidasi blok dan transaksi yang menjaga keamanan proyek. Metode komputasi digantikan oleh staking, dimana kemampuan mining seseorang diacak oleh jaringan.

Sharding

Sharding merupakan salah satu metode distribusi data yang bertujuan untuk meningkatkan throughput transaksi. Ini mengurangi kebutuhan node untuk menyimpan salinan lengkap dari seluruh blockchain. Setiap node memberikan laporan ke chain utama dengan membagikan status data lokal, termasuk saldo alamat dan metrik kunci lainnya. Selain itu transaksi dibagi menjadi potongan-potongan kecil sehingga dikelola secara efisien. Dengan demikian, beban kerja didistribusikan secara merata di seluruh jaringan yang membantu proyek crypto untuk mengkonsumsi daya komputasi dari banyak node sekaligus.

Keuntungan Solusi Blockchain Layer Satu

Solusi Layer 1 mempercepat waktu pemrosesan dan meningkatkan TPS. Solusi seperti mengubah ukuran blok melalui protokol dasar, memodifikasi mekanisme konsensus, dan sharding, dapat membantu proyek yang terdesentralisasi memproses lebih banyak transaksi secara signifikan dalam satu blok tertentu.

Blockchain Layer 1 Terbaik: Top-3 Versi Kami

Biasanya, Layer 1 menjadi basis untuk ekosistem crypto atau platform smart contract. Setiap solusi Layer 1 dirancang dan dioptimalkan untuk tujuannya sendiri. Ketika sampai pada aspek perbandingan blockchain, kita dapat mempertimbangkan tiga fitur utama: skalabilitas, desentralisasi, dan keamanan. Mari kita jelajahi daftar blockchain Layer 1 terbaik dari tiga platform yang telah membuktikan diri sebagai ekosistem yang andal.

Velas

Velas (VLX) dibangun pada 2019 mungkin merupakan blockchain Layer 1 terbaik dan EVM tercepat dengan algoritma konsensus hibrida berdasarkan Delegated Proof-of-Stake dan Proof-of-History. Solusi ini memberikan skalabilitas tingkat tinggi, kinerja canggih, dan mekanisme keamanan terbaik. Platform ini dibangun untuk mampu menyediakan aplikasi desentralisasi NextGen. Velas dapat digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk transaksi, operasi smart contract, dan berbagai layanan. Pada platform ini, developer dapat menulis smart contract dalam C, Rust, dan Solidity, serta mengintegrasikan proyek Ethereum dengan pengerjaan ulang seminimal mungkin.

Fitur utama:

  • Kapasitas — 50.000+ TPS;
  • Finalitas transaksi — 1,2 detik;
  • Biaya transaksi > $0,00001.

Avalanche

Proyek ini juga disebut AVAX. Didirikan pada tahun 2020 dan diperkenalkan sebagai platform smart contract tercepat dalam industri blockchain. Tujuan utama dari platform ini adalah untuk meningkatkan skalabilitas tanpa mengorbankan kecepatan atau desentralisasi. Platform ini didasarkan pada tiga solusi digital: exchange chain (X-Chain), contract chain (C-Chain), dan platform chain (P-Chain). Perlu derhatikan juga bahwa Avalanche menggunakan subnet scale-out untuk membuat blockchain khusus yang dapat dioperasikan dengan jumlah kemungkinan subnet tidak terbatas. Juga, membutuhkan spesifikasi minimum untuk hardware dalam menjalankan sebuah node, membuatnya lebih terdesentralisasi daripada platform Layer 1 lainnya.

Fitur utama:

  • Kapasitas — hingga 4500+ TPS;
  • Kompatibel dengan EVM;
  • Validator yang besar (lebih dari 1300).

Polkadot

Polkadot (DOT), diluncurkan pada tahun 2017, diperkenalkan sebagai ekosistem yang skalabel dan dapat dioperasikan dengan arsitektur multi-chain. Polkadot membuat proyek blockchain baru untuk dapat berinteraksi dan berintegrasi dengan aman dan secara bersamaan memiliki fungsi transisi yang arbitrary state. Polkadot menyatukan beberapa blockchain ke dalam jaringan terpadu dan terdiri dari tiga komponen berbeda: relay chain, parachains, dan bridge. Beberapa proyek terdesentralisasi dibangun di atas Polkadot untuk keperluan exchange data dan informasi dengan aman dan cepat.

Fitur utama:

  • Sistem dapat memproses lebih dari 1.000 TPS;
  • Setiap parachain merupakan blockchain yang lengkap;
  • 900 juta token (DOT).

Kesimpulan

Keuntungan utama dari solusi Layer 1 yakni mereka dapat mengurangi kebutuhan untuk menambahkan integrasi pihak ketiga ke dalam arsitektur yang ada dan hanya memerlukan beberapa perubahan dalam protokol dasar. Sedangkan untuk Layer 2, mereka tidak mempengaruhi protokol yang mendasarinya tetapi lebih kepada penggunaan solusi tambahan. Pada saat yang sama, solusi ini memungkinkan developer untuk mengurangi biaya transaksi dan waktu yang diperlukan untuk verifikasi. Dengan demikian, kedua lapisan bekerja sama dengan solid untuk meningkatkan kinerja jaringan blockchain.

--

--

Velas Indonesia
Velas Indonesia

Written by Velas Indonesia

Projek DPoS Blockchain yang dioperasikan dengan teknologi AI dengan keunggulan berupa transaksi yang aman, mudah, sangat terukur, dan sistem kontrak cerdas.

No responses yet